Rabu, 30 Desember 2009
Lumpuh
Dimakan Ratih
Kau ubah hitam
Menjadi putih
Pabrik bakmi
Di Sulawesi
Kau ciptakan pelangi
Di malam yang sepi
Ada simbah
Pakai anting
Jangan pernah
Kau berpaling
Di taman
Banyak pohon bambu
Inilah kenyataan
Yang harus kau tahu
Barang rongsok
Di gudang sempit
Bila esok
Fajar terbit
Toko roti
Toko bakmi
Atau matahari
Tersenyum lagi
Minum susu
Pakai bambu
Jangan kau ragu
Percayalah padaku
Makan blewah
Di tempat bersih
Tak perlulah
Hitam di atas putih
Danau dangkal
Rumah raja hiu
Satu hal
Yang harus kau tahu
Daging rubah
Daging kelinci
Kau telah
Lumpuhkan hati ini
Kursi santai
Di samping meja
Cinta bagai
Ombak samudra
Peternak kuda
Peternak kambing
Kadang bahagia
Kadang terombang-ambing
Ada sapi
Nabrak tugu
Apa lagi
Yang kau tunggu
Baca buku
Cari ilmu
Di sini aku
mengharapkanmu
Kepala suku
Nebang bambu
Datanglah kepadaku
Terimalah cintaku
Kulit buaya
Rasanya garing
Sebelum tinta
Mengering
Kota Jakarta
Kota Kendari
Sebelum cinta
Pindah ke lain hati
Tutup Air Matamu
berwarna merah
Semua orang
punya masalah
perpustakaan buku
dalam dunia fana
Baik diriku
Juga baik dirinya
Kota Priangan
Kota Surabaya
Hidup itu perjuangan
tak perlu air mata
Mancing di kali
disambar buaya
Jangan menangis lagi
Dunia begini adanya
Pohon bercabang
Ke kanan kiri
Ku tahu terkadang
Manusia butuh sendiri
Toko roti
Di Jakarta
Tapi jangan terus begini
Hanya menambah luka
Samudra mengharu biru
langit berwarna jingga
Sudah simpan tangismu
Esok kan lebih ceria
Pergi ke kedai
Makan sambal
Bukan begini
Sahabat yang ku kenal
Burung bangau
burung kolibri
Ku ingin engkau
Tersenyum lagi
Museum kupu-kupu
Di Semarang
Panggil saja namaku
Ku kan datang
Akhir Penantian Sebuah Jawaban
Tirai malam
Di atas gunung
Belasan jam
Ku merenung
Baju batik
Dari Sabang
Jutaan detik
Hatiku bimbang
Permen min
Permen relaxa
Dan ku yakin
Inilah saatnya
Kota Mesir
Batas kanan
Inilah akhir
Penantian Jawaban
Tali tambang
Ditarik pelan
Mereka bilang
Ku plin-plan
Kembang-kembang
Mulai berkerut
Mereka bilang
Ku penakut
Pulau Bali
Ombak menawan
Kali ini
aku buktikan
Kota Jakarta
Kota Surabaya
Dengan bangga
Aku berkata
Makan sambel
Di pinggir kali
I`m singgel
And veri hepi
Gali lobang
Ada buaya
Aku memang
Mencintainya
Bersuku-suku
Orang Indian
Tapi diriku
Punya impian
Main di kali
Ketemu simbah
Kali ini
Semua terserah
Masak makanan
Rasanya hambar
Hak kalian
Tuk berkomentar
Kota Kediri
Banyak es batu
Tapi ini
adalah hidupku
Pohon jambu
Di pulau Maluku
Hidupku
adalah hidupku
Pulau Madura
Pulau Maluku
Simpan saja
Khawatirmu
Sunan Ampel
Pergi ke Bali
I`m singgel
And veri hepi
Makan tahu
Di samping tugu
Tak perlu
diriku malu
Kaki seribu
Mati dipanggang
Tak perlu
Diriku bimbang
Kota Tasikmalaya
Kota Kendari
Ku cinta dia
Dengan caraku sendiri
Pohon roboh
Di samping menara
Kalau memang jodoh
Tak kan kemana
Main di taman
Minum dawet ayu
Benar kan
Sahabat-sahabatku
Haruskah Ku Menyerah Sekarang?
Pohon mangga
Pohon rambutan
Apa sebenarnya
Yang ku harapkan
Kota Samarinda
Kota Maluku
Dari dirinya
Yang acuh padaku
Daun mangga
Daun pandan
Raut matanya
Tercermin harapan
Nakula Sadewa
Ditendang Semar
Dia tertawa
Seakan tak sadar
Makan kangkung
Di Laut Jawa
Ku termenung
Mengaguminya
Pedagang album
Pedagang buku
Dia tersenyum
Seakan tak tahu
Sebuah pameran
Seribu juara
Indah nian
Senyum bibirnya
Pasar sapi
Samping taman
Ingin sekali
Ku katakan
Induk Zebra
Anak singa
Aku cinta
Kepadanya
Ke Parangtritis
Makan bakwan
Dia gadis manis
Wajar kan
Kota Jakarta
Kota Kendari
Tapi kenapa
Dengan diri ini
Malam-malam
Hutan belantara
Hanya terdiam
Seribu bahasa
Daging busuk
Burung unta
Semakin masuk
Dalam hidupnya
Rusa rentan
Sang diburu
Semakin acuhkan
Keberadaanku
Kota kembang
Pabrik kecap
Haruskah sekarang
Kata menyerah terucap
Avatar Roku
Makan bolu
Jawab aku
Cintaku
Buku Yang Berdebu
Putih merah
Hijau pupus
Sore cerah
Di akhir Agustus
Gunung Merapi
Gunung Kerinci
Di kota ini
Kisah ini dimulai
Kota Jakarta
Kota Surabaya
Kisah tentang pria
Yang menanti cintanya
Dari Sabang
Sampai Jayapura
Selalu terbayang
Di hati kecilnya
Hujan gerimis
Di danau Toba
Senyuman manis
Gadis yang ia puja
Raden Rama
Mencari Dewi Shinta
Apa itu cinta
Atau nafsu belaka
Ayam panggang
Tempe mendoan
Orang bilang
Jangan lewatkan kesempatan
Sayur kangkung
Jus mangga
Pria itu merenung
Di dalam kesendiriannya
Orang Indian
Orang Alaska
Cinta atau impian
Mana yang lebih berharga
Sapi Madura
Badak Sumatra
Ribuan tanya
Menari di batinnya
Berlabuh di Subang
Dari Peking
Mereka bilang
Cinta lebih penting
Biru samudra
Langit membahana
Apa itu artinya
Impian tiada harganya
Kota Kendari
Kota Madura
Apa dunia ini
Begini adanya
Rumah sakit
Dokternya mesum
Seketika ia bangkit
Dan hanya tersenyum
Lima min
Lima kali tiga
Manusia cermin
Berbisik padanya
Nusakambangan
Pulau tambun
Keraguan tak kan
Merubah apapun
Burung kolibri
Ayam cemani
Yakini kata hati
Arahkan langkah kaki
Cacing kutu
Cacing hisap
Biarlah waktu
Yang kan menjawab
Minggu, 27 Desember 2009
Problematika
Dokter saraf
Dokter mata
Ribuan maaf
Terasa percuma
Kota kembang
Dekat Jakarta
Bila terkenang
Cinta yang tlah sirna
Burung itu
Berkicau merdu
Maafkan aku
Relakan aku
Makan bakwan
Sama bolu
Ku kan berjalan
Tinggalkan bayangmu
Seorang ibu
Memakan duku
Kan ku hapus jejakmu
Kan ku lupakan senyumanmu
Ada pemburu
Menangkap penyu
Cintaku padamu
Tutup akal sehatku
Kumpulan biri-biri
Di Sulawesi
Cintaku ini
Tlah menjadi obsesi
Anak rubah
Kulitnya ungu
Kau bukanlah
Siapapun bagiku
Anak tambun
Naik kuda
Tanpamu pun
Ku pasti bahagia
Makan sup
Daging sapi
Sudahlah cukup
Tak perlu sesali lagi
Ahli besi
Di Kediri
Biarlah kisah ini
Berakhir di sini
Beli buku
Di kota Kendari
Karena itu
Ikhlaskan ku pergi
Kabut sutra ungu
Film Roy Martin
Izinkan aku
Cintai hati yang lain
Kabar-kabari
Program RCTI
Hati yang murni
Cintaiku setulus nurani
Pohon jati
Di atas laut biru
Biarkan cinta ini
Sirna ditelan waktu
Pohon Mahoni
Tinggi sekali
Suatu hari
Kita bertemu lagi
Jembatan Suramadu
Sedang direnovasi
Izinkan aku
Tatap wajahmu lagi
Bersama resi
Di kota Bali
Sebut namamu lagi
Nanti senyummu lagi
Daun biru
Sekedar ilusi
Meski hatiku
Tak berbentuk lagi
Naik kapal
Ketemu bibi
Satu hal
Ku mengerti kini
Beli baju
Di Singosari
Cinta itu
Tak mesti memiliki
Di rumah Ratih
Ada bapaknya
Terima kasih
Atas segalanya
Segersangnya gurun
Langitnya tetap biru
Segala apapun
Sangat berarti bagiku
Ke Surabaya
Membeli madu
Duka bahagia
Cemburu juga rindu
Kapur barus
Di kamar abang
Aku harus
Pergi sekarang
Naik kapal
Ombak menderu
Selamat tinggal
Pujaan hatiku
Kepala suku
Pemahat tugu
Kesakralan senyumanmu
Tak kan bisa hentikanku
Ikan pari
Di sungai Musi
Cintaku tlah pergi
Di gemerlapnya kota Bali