Lebah madu
Lebah ratu
Inilah aku
Terimalah keadaanku
Pohon duku
Pohon mengkudu
Beginilah aku
Dengan segala kekuranganku
Tanah Bengkulu
Tempo dulu
Pergilah dariku
Bila kau anggap perlu
Hari buruh
Di kota Kedu
Aku tidak butuh
Belas kasihanmu
Tabib penyembuh
Dari Pekanbaru
Satu yang ku butuh
Cinta darimu
Pulau Sumatra
Pulau Maluku
Tak usahlah bertanya
Apa yang terjadi padaku
Biji duku
Tumbuh seminggu
Kau tahu
Hanya kan mengganggu
Bunga merekah
Di bawah tugu
Tak perlulah
Kau berkata rindu
Pohon kamboja
Di atas batu
Bila menunggu saja
Kau tak mau
Warna merah
Buah semangka
Tak perlulah
Kau berkata cinta
Gapura raksasa
Kraton Surakarta
Bila memaafkan saja
Kau tak bisa
Burung kenari
Burung dara
Bukan maksud hati
Hendak memaksa
Masakan padang
Enak rasanya
Namun memang
Begini kenyataannya
Cukup Untuk Dikenang
Senin, 16 Agustus 2010
Sabtu, 13 Maret 2010
Mei 2010
Tanah Padang
Tanah Bengkulu
Kau datang
Dalam kesendirianku
Naik sampan
Ke Selandia Baru
Kau luluhkan
Segala keangkuhanku
Kota Kediri
Kota Banyuwangi
Hari demi hari
Semakin terasa berarti
Buah durian
Buah jambu biji
Sejak senyumanmu
Mulai hiasi hati ini
Induk bangau
Berenang di kali
Karena engkau
Ku mulai mengerti
Pari manta
Di laut biru
Apa itu cinta
Apa itu cemburu
Jembatan biru
Di kota baru
Ku tak tahu
Apakah kau jodohku
Ratu penyu
Di laut Jawa
Ku tak tahu
Akankah kita bersama
Pabrik sandal
Di kota Delhi
Tapi satu hal
Ku tahu pasti
Bukit Pekanbaru
Pemandangan alam
Telah ada namamu
Di hati yang terdalam
Bunga merekah
Pohon kamboja
Jangan pernah
Kau tanya mengapa
Paket kayu jati
Ke Surakarta
Karena ku tak mengerti
Apa jawabnya
Daun pandan
Akarnya berduri
Tak bisa ku jelaskan
Perasaan ini
Berang-berang
Di ujung hulu
Hati orang
Siapa yang tahu
Sungai Musi
Belah Banjarbaru
Ku mulai mengerti
Arti kata itu
Tempo dulu
Tugu Yogyakarta
Ku tahu
Memang belum saatnya
Hakim ibukota
Mengetok palu
Katakan yang sejujurnya
Kepada dirimu
Air membeku
Lalu membatu
Bukan ku tak mampu
Memang ku tak mau
Sawah hijau
Jauh membentang
Ku tak mau
Kau tahu sekarang
Pemburu kobra
Dari Jakarta
Tentang rasa
Yang tersimpan di dada
Peternakan kuda
Tanah Sumbawa
Memang belum saatnya
Kita tuk bersama
Kandang buaya
Di kota kembang
Karena jalan kita
Masih panjang
Induk buaya
Di pedalaman Papua
Ku hanya
Ingin engkau percaya
Angin berderu
Di atas gundukan batu
Aku menyayangimu
Meski ku hanya membisu
Orang Jawa
Orang Bali
Andai kita bersama
Suatu hari nanti
Kawanan kerbau
Di rerumputan hijau
Kan ku jaga engkau
Tak kan ku sia-siakan engkau
Kulit singa
Dirajut kain
Namun bila
Kenyataan berkata lain
Di Mindanau
Ada pabrik mozaik
Semoga engkau
Kan dapat lebih baik
Lampu redup
Di samping surau
Yang sanggup
Menjaga engkau
Pantai Sulawesi
Angin menerjang lautan
Lebih dari
Yang mampu ku lakukan
Daging remis
Obat ampuh
Hujan gerimis
Di Mei dua ribu sepuluh
Gunung Merapi
Gunung Merbabu
Langit kan jadi saksi
Janjiku kepadamu
Tanah Bengkulu
Kau datang
Dalam kesendirianku
Naik sampan
Ke Selandia Baru
Kau luluhkan
Segala keangkuhanku
Kota Kediri
Kota Banyuwangi
Hari demi hari
Semakin terasa berarti
Buah durian
Buah jambu biji
Sejak senyumanmu
Mulai hiasi hati ini
Induk bangau
Berenang di kali
Karena engkau
Ku mulai mengerti
Pari manta
Di laut biru
Apa itu cinta
Apa itu cemburu
Jembatan biru
Di kota baru
Ku tak tahu
Apakah kau jodohku
Ratu penyu
Di laut Jawa
Ku tak tahu
Akankah kita bersama
Pabrik sandal
Di kota Delhi
Tapi satu hal
Ku tahu pasti
Bukit Pekanbaru
Pemandangan alam
Telah ada namamu
Di hati yang terdalam
Bunga merekah
Pohon kamboja
Jangan pernah
Kau tanya mengapa
Paket kayu jati
Ke Surakarta
Karena ku tak mengerti
Apa jawabnya
Daun pandan
Akarnya berduri
Tak bisa ku jelaskan
Perasaan ini
Berang-berang
Di ujung hulu
Hati orang
Siapa yang tahu
Sungai Musi
Belah Banjarbaru
Ku mulai mengerti
Arti kata itu
Tempo dulu
Tugu Yogyakarta
Ku tahu
Memang belum saatnya
Hakim ibukota
Mengetok palu
Katakan yang sejujurnya
Kepada dirimu
Air membeku
Lalu membatu
Bukan ku tak mampu
Memang ku tak mau
Sawah hijau
Jauh membentang
Ku tak mau
Kau tahu sekarang
Pemburu kobra
Dari Jakarta
Tentang rasa
Yang tersimpan di dada
Peternakan kuda
Tanah Sumbawa
Memang belum saatnya
Kita tuk bersama
Kandang buaya
Di kota kembang
Karena jalan kita
Masih panjang
Induk buaya
Di pedalaman Papua
Ku hanya
Ingin engkau percaya
Angin berderu
Di atas gundukan batu
Aku menyayangimu
Meski ku hanya membisu
Orang Jawa
Orang Bali
Andai kita bersama
Suatu hari nanti
Kawanan kerbau
Di rerumputan hijau
Kan ku jaga engkau
Tak kan ku sia-siakan engkau
Kulit singa
Dirajut kain
Namun bila
Kenyataan berkata lain
Di Mindanau
Ada pabrik mozaik
Semoga engkau
Kan dapat lebih baik
Lampu redup
Di samping surau
Yang sanggup
Menjaga engkau
Pantai Sulawesi
Angin menerjang lautan
Lebih dari
Yang mampu ku lakukan
Daging remis
Obat ampuh
Hujan gerimis
Di Mei dua ribu sepuluh
Gunung Merapi
Gunung Merbabu
Langit kan jadi saksi
Janjiku kepadamu
Demi Kau Juga
Pohon madu
Di Pulau Maluku
Maafkan aku
Tlah kecewakanmu
Toko baju
Di kota Kedu
Maafkan aku
Tlah berdusta padamu
Panen padi
Di samping gardu
Bukan maksud hati
Beri kegundahan padamu
Ratu penyu
Di Pulau Seribu
Percayalah padaku
Inginkan yang terbaik bagimu
Pari manta
Di Pelabuhan Ratu
Tak mungkin bila
Ku ingin menyakitimu
Jalan buntu
Di pinggir kali
Ada sesuatu
Yang buat ku begini
Mawar ungu
Untuk ibu
Bukannya diriku
Tak mencintaimu
Manggar biru
Di atas batu
Aku mencintaimu
Sangat menyayangimu
Bunga kamboja
Di buat kain
Hanya saja
Kenyataan berkata lain
Merah merona
Warna puspa pesona
Kita tak mungkin bersama
Hanya dengan cinta
Biji Nangka
Biji Simalakama
Kan ku kejar cita-cita
Demi kau juga
Induk berang-berang
Ditendang anak kuda
Karena ku yang sekarang
Bukanlah siapa-siapa
Bulu biri-biri
Jadi kain sutra
Tapi lihatlah nanti
Semua kan berbeda
Langit jingga
Di atas laut biru
Demi kau juga
Kan ku kejar cita-citaku
Awan mempesona
Dari dasar samudra
Demi kau juga
Kan ku kejar dunia
Pohon mangga
Di tepi telaga
Karna kita tak mungkin bersama
Hanya dengan cinta
Petik blewah
Di Suramadu
Maukah
Engkau menungguku
Gigi kawat
Dari baja
Sampai saat
Itu tiba
Selat Malaka
Samping Hindia
Saat di mana
Kita kan bersama
Di Pulau Maluku
Maafkan aku
Tlah kecewakanmu
Toko baju
Di kota Kedu
Maafkan aku
Tlah berdusta padamu
Panen padi
Di samping gardu
Bukan maksud hati
Beri kegundahan padamu
Ratu penyu
Di Pulau Seribu
Percayalah padaku
Inginkan yang terbaik bagimu
Pari manta
Di Pelabuhan Ratu
Tak mungkin bila
Ku ingin menyakitimu
Jalan buntu
Di pinggir kali
Ada sesuatu
Yang buat ku begini
Mawar ungu
Untuk ibu
Bukannya diriku
Tak mencintaimu
Manggar biru
Di atas batu
Aku mencintaimu
Sangat menyayangimu
Bunga kamboja
Di buat kain
Hanya saja
Kenyataan berkata lain
Merah merona
Warna puspa pesona
Kita tak mungkin bersama
Hanya dengan cinta
Biji Nangka
Biji Simalakama
Kan ku kejar cita-cita
Demi kau juga
Induk berang-berang
Ditendang anak kuda
Karena ku yang sekarang
Bukanlah siapa-siapa
Bulu biri-biri
Jadi kain sutra
Tapi lihatlah nanti
Semua kan berbeda
Langit jingga
Di atas laut biru
Demi kau juga
Kan ku kejar cita-citaku
Awan mempesona
Dari dasar samudra
Demi kau juga
Kan ku kejar dunia
Pohon mangga
Di tepi telaga
Karna kita tak mungkin bersama
Hanya dengan cinta
Petik blewah
Di Suramadu
Maukah
Engkau menungguku
Gigi kawat
Dari baja
Sampai saat
Itu tiba
Selat Malaka
Samping Hindia
Saat di mana
Kita kan bersama
Minggu, 14 Februari 2010
Aku Menyayangimu...
Rasa masam
Buah mengkudu
Setiap malam
Dalam tidurku
Kota Padang
Dekat Bengkulu
Selalu terbayang
Akan senyumanmu
Pantai biru
Di Sulawesi
Tak mampu
Aku pungkiri
Sutra ungu
Di kota baru
Tertulis namamu
Terpatri di hatiku
Makan sambal
Di pinggir kali
Banyak hal
Ingin ku bagi
Naik perahu
Lewat Selat Bali
Tapi kau
Tak pernah peduli
Kepala suku
Bawa peluru
Meski di situ
Ada aku
Orang bisu
Di samping tugu
Tapi kau
Selalu berlalu
Memancing hiu
Di Laut Aru
Kau selalu
Tersenyum padaku
Pabrik baja
Di Samarinda
Seakan semua
Baik-baik saja
Ada ratu
Punya cucu
Tak sadarkah kau
Betapa berarti senyummu
Makan pare
Bareng ibu
Bahkan mentari sore
Tak bisa menandingimu
Orang sipit
Buka pintu
Bila fajar terbit
Di atas rumahmu
Ada kutu
Diinjak mati
Bolehkah ku
Menanti senyummu lagi
Di Amerika
Banyak bandar judi
Andai saja
Kau mengerti
Putri malu
Bentuknya lucu
Aku meyayangimu
Meski kau tak pernah tahu
Pedagang buku
Orangnya lugu
Betapa damai hatiku
Ketika ku lihat senyummu
Naik sampan
Sama cucu
Seribu kerinduan
Tercurah untukmu
Kota Padang
Kota Kedu
Jutaan kata sayang
Tertuju padamu
Putri malu
Di bawah pohon jambu
Belahlah dadaku
Cintaku kan mengalir untukmu
Tabib palsu
Dilempar sapu
Percayalah padaku
Tak kan kecewakan dirimu
Pengrajin bulu
Di Purwodadi
Andai kau tahu
Perasaan ini
Makan duku
Dikupas istri
Tentu diriku
Tak perlu serepot ini
Dari Tanah Abang
Ke gunung Kerinci
Kau memang
Menyebalkan sekali
Pak Dadang
Jualan roti
Kau datang
Tanpa permisi
Di taman
Banyak biri-biri
Kau hancurkan
Segel hati ini
Sang pemandu
Mengetok palu
Dan engkau
Tuliskan namamu
Jalan kenangan
Di simpang empat
Satu kesalahan
Telah kau buat
Bunga lili
Warnanya ungu
Kau buat ku mengerti
Betapa berharganya kau
Jembatan puri
Ada buaya
Mulai detik ini
Semua kan berbeda
Pohon duku
Di Kota Bengkulu
Kan ku buat kau
Jatuh cinta padaku
Pohon duku
Di pulau Maluku
Karena aku
Juga cinta padamu
Buah mengkudu
Setiap malam
Dalam tidurku
Kota Padang
Dekat Bengkulu
Selalu terbayang
Akan senyumanmu
Pantai biru
Di Sulawesi
Tak mampu
Aku pungkiri
Sutra ungu
Di kota baru
Tertulis namamu
Terpatri di hatiku
Makan sambal
Di pinggir kali
Banyak hal
Ingin ku bagi
Naik perahu
Lewat Selat Bali
Tapi kau
Tak pernah peduli
Kepala suku
Bawa peluru
Meski di situ
Ada aku
Orang bisu
Di samping tugu
Tapi kau
Selalu berlalu
Memancing hiu
Di Laut Aru
Kau selalu
Tersenyum padaku
Pabrik baja
Di Samarinda
Seakan semua
Baik-baik saja
Ada ratu
Punya cucu
Tak sadarkah kau
Betapa berarti senyummu
Makan pare
Bareng ibu
Bahkan mentari sore
Tak bisa menandingimu
Orang sipit
Buka pintu
Bila fajar terbit
Di atas rumahmu
Ada kutu
Diinjak mati
Bolehkah ku
Menanti senyummu lagi
Di Amerika
Banyak bandar judi
Andai saja
Kau mengerti
Putri malu
Bentuknya lucu
Aku meyayangimu
Meski kau tak pernah tahu
Pedagang buku
Orangnya lugu
Betapa damai hatiku
Ketika ku lihat senyummu
Naik sampan
Sama cucu
Seribu kerinduan
Tercurah untukmu
Kota Padang
Kota Kedu
Jutaan kata sayang
Tertuju padamu
Putri malu
Di bawah pohon jambu
Belahlah dadaku
Cintaku kan mengalir untukmu
Tabib palsu
Dilempar sapu
Percayalah padaku
Tak kan kecewakan dirimu
Pengrajin bulu
Di Purwodadi
Andai kau tahu
Perasaan ini
Makan duku
Dikupas istri
Tentu diriku
Tak perlu serepot ini
Dari Tanah Abang
Ke gunung Kerinci
Kau memang
Menyebalkan sekali
Pak Dadang
Jualan roti
Kau datang
Tanpa permisi
Di taman
Banyak biri-biri
Kau hancurkan
Segel hati ini
Sang pemandu
Mengetok palu
Dan engkau
Tuliskan namamu
Jalan kenangan
Di simpang empat
Satu kesalahan
Telah kau buat
Bunga lili
Warnanya ungu
Kau buat ku mengerti
Betapa berharganya kau
Jembatan puri
Ada buaya
Mulai detik ini
Semua kan berbeda
Pohon duku
Di Kota Bengkulu
Kan ku buat kau
Jatuh cinta padaku
Pohon duku
Di pulau Maluku
Karena aku
Juga cinta padamu
Sabtu, 23 Januari 2010
Harapan Kosong
Tinta biru
Tinta ungu
Apa salahku
Hingga kau acuhkanku
Buah duku
Buah mengkudu
Apa dosaku
Hingga kau jauhiku
Pohon blewah
Di samping tugu
Tak adakah
Kesempatan bagiku
Ikan pari
Makan berudu
Tuk ulangi
Kisah yang dulu
Ada pemburu
Ada yang diburu
Sadarkah dirimu
Betapa berarti dirimu
Paus biru
Di laut Aru
Tahukah dirimu
Betapa dalam sesalku
Orang bisu
Pergi ke kota
Mengertikah dirimu
Sesak rasa di dada
Dokter saraf
Dokter gigi
Ketika kata maaf
Tiada berarti lagi
Daun lebar
Kembang tahu
Apakah benar
Tiada asa bagiku
Di Delhi
Ada tabib ampuh
Tuk benahi
Sisa hati yang rapuh
Kota Serang
Kota Kedu
Seribu kata sayang
Kau ucap padaku
Keindahan taman
Tempo dulu
Sejuta kerinduan
Kau tatap mataku
Berang-berang
Makan kayu
Tapi sekarang
Di mana semua itu
Preman insaf
Menangis tersedu
Bahkan sebuah maaf
Tak kau beri untuk ku
Ratusan penyu
Di pulau Seribu
Bunuhlah aku
Jika kau mau
Senyum ibu
Mutiara kalbu
Dan maafkanlah aku
Jika kau mampu
Tinta ungu
Apa salahku
Hingga kau acuhkanku
Buah duku
Buah mengkudu
Apa dosaku
Hingga kau jauhiku
Pohon blewah
Di samping tugu
Tak adakah
Kesempatan bagiku
Ikan pari
Makan berudu
Tuk ulangi
Kisah yang dulu
Ada pemburu
Ada yang diburu
Sadarkah dirimu
Betapa berarti dirimu
Paus biru
Di laut Aru
Tahukah dirimu
Betapa dalam sesalku
Orang bisu
Pergi ke kota
Mengertikah dirimu
Sesak rasa di dada
Dokter saraf
Dokter gigi
Ketika kata maaf
Tiada berarti lagi
Daun lebar
Kembang tahu
Apakah benar
Tiada asa bagiku
Di Delhi
Ada tabib ampuh
Tuk benahi
Sisa hati yang rapuh
Kota Serang
Kota Kedu
Seribu kata sayang
Kau ucap padaku
Keindahan taman
Tempo dulu
Sejuta kerinduan
Kau tatap mataku
Berang-berang
Makan kayu
Tapi sekarang
Di mana semua itu
Preman insaf
Menangis tersedu
Bahkan sebuah maaf
Tak kau beri untuk ku
Ratusan penyu
Di pulau Seribu
Bunuhlah aku
Jika kau mau
Senyum ibu
Mutiara kalbu
Dan maafkanlah aku
Jika kau mampu
Rabu, 06 Januari 2010
Sebuah Kenyataan di Balik Tirai Malam
Pulau Bali
Pulau Sulawesi
Aku tak peduli
Issue itu menjadi-jadi
Kota Siantar
Kota Banyuwangi
Aku tak gentar
Issue itu berubah tragedi
Pohon mangga
Pohon mengkudu
Aku tak kecewa
Bila kau ragukanku
Warna merah
Warna biru
Aku tak marah
Bila kau rendahkanku
Gunung Semeru
Gunung Merbabu
Aku tak malu
Bila kau membenciku
Sarang marmut
Sarang hiu
Aku tak takut
Bila kau jauhiku
Angin lembah
Gunung Merapi
Aku tlah lelah
Dengan semua ini
Induk lebah
Induk merpati
Sampai kapankah
Kan terus begini
Pemain rebab
Pemain kecapi
Satu harap
Dari hati
Kerajinan perunggu
Di Kintamani
Kebenaran itu
Terungkap nanti
Pulau Sulawesi
Aku tak peduli
Issue itu menjadi-jadi
Kota Siantar
Kota Banyuwangi
Aku tak gentar
Issue itu berubah tragedi
Pohon mangga
Pohon mengkudu
Aku tak kecewa
Bila kau ragukanku
Warna merah
Warna biru
Aku tak marah
Bila kau rendahkanku
Gunung Semeru
Gunung Merbabu
Aku tak malu
Bila kau membenciku
Sarang marmut
Sarang hiu
Aku tak takut
Bila kau jauhiku
Angin lembah
Gunung Merapi
Aku tlah lelah
Dengan semua ini
Induk lebah
Induk merpati
Sampai kapankah
Kan terus begini
Pemain rebab
Pemain kecapi
Satu harap
Dari hati
Kerajinan perunggu
Di Kintamani
Kebenaran itu
Terungkap nanti
Minggu, 03 Januari 2010
Ombak Bali di Akhir Januari
Goreng bakwan
Di samping kali
Tetes hujan
Jatuh ke bumi
Kota Kendari
Kota Jakarta
Membasahi bumi
Yang kering-keronta
Naik perahu
Ke Laut Jawa
Waktu terus berlalu
Tinggalkan sejuta cerita
Tetes embun
Di atas lembah
Kini satu tahun
Berlalu sudah
Gunung Semeru
Gunung Merapi
Ketika itu
Cintaku tlah pergi
Ratu lebah
Keluar sarangnya
Tak pernah
Aku menduga
Kota Kedu
Kota Banyuwangi
Kisah itu
Kan terulang kembali
Laut Seram
Airnya asin
Meski dalam
Cinta yang lain
Kawanan unta
Di gurun Gobi
Bersama surutnya
Deru ombak Bali
Ibu peri
Sihir permaisuri
Tuk kedua kali
Cintaku kandas di Januari
Di samping kali
Tetes hujan
Jatuh ke bumi
Kota Kendari
Kota Jakarta
Membasahi bumi
Yang kering-keronta
Naik perahu
Ke Laut Jawa
Waktu terus berlalu
Tinggalkan sejuta cerita
Tetes embun
Di atas lembah
Kini satu tahun
Berlalu sudah
Gunung Semeru
Gunung Merapi
Ketika itu
Cintaku tlah pergi
Ratu lebah
Keluar sarangnya
Tak pernah
Aku menduga
Kota Kedu
Kota Banyuwangi
Kisah itu
Kan terulang kembali
Laut Seram
Airnya asin
Meski dalam
Cinta yang lain
Kawanan unta
Di gurun Gobi
Bersama surutnya
Deru ombak Bali
Ibu peri
Sihir permaisuri
Tuk kedua kali
Cintaku kandas di Januari
Langganan:
Postingan (Atom)